Minggu, 10 April 2011

jatuh cinta pada hujan....

Aku tak prnah mengrti
dengan pemikiran Aira. Ketika Aira
bercerita seputar hujan, ketika matanya tampak berbinar menatap tetesan air mata langit itu turun dan ketika ia bersyair bersama titik-titik hujan. Saat ia mengatakan bahwa ia jatuh cinta, dan aku begitu kaget ketika ia mengaku bahwa ia telah jatuh cinta pada hujan... Aira, entah seperti apa caramu menilai hujan hingga kau begitu tergila-gila dengan hujan. Hujan yang sedikitnya mengurungmu untuk tetap dibilik mungilmu. Hujan yang sedikitnya menyita waktumu untuk tetap diam berteduh dan memandangi langit gelap. Namun yang aku lihat Aira tak pernah mengeluh tentang itu. Malah sebaliknya, Aira semakin mencintai hujan.

''seperti apa kau melihat hujan Aira...?''. Aku setengah berbisik padanya.
''seperti ini.....'' desahnya sambil mendongak menatap langit yang mulai gelap dengan mata berbinar.
''sedalam itukah...?''.
Aku setengah tak percaya.
''apa aku tampak seperti orang yang tengah berdusta...?''.
Tanya Aira sedikit kesal.
Aku terdiam dan segera memperbaiki kalimatku.
''aku percaya Aira...''. Senyum mungil itu akhirnya menyungging dibibir mungil Aira.
''seperti ini.... Biarlah aku tetap mencintai hujan smpai esok bahkan seterusnya. Hingga saat yg tak bisa aku tentukan. Dan smpai pda harinya, aku akan bertemu dengan pemilik hujan yang sesungguhnya....''. Aira menutup kalimatnya dan beranjak pergi meninggalkanku sndiri. Ditengah gelapnya mendung....

***

Aira......apa aku benar melihatmu dgn kondisi seperti ini...? Apa aku tak salah lihat Aira...? Benarkah itu dirimu Aira sang pecinta hujan...
Tidak aira....kini hujan itu mengalir deras dipipiku dan kluargamu. Apa yang terjdi dgnmu Aira..? Knpa kau bisa sperti ini...? Lemah terkulai tak berdaya dikasur putih. Selang oxygen menyumpal kedua lubang hidungmu. Sebuah jarum infus melekat diurat nadimu.. Dan alat pendeteksi detak jantung itu berrdetak prlahan...
Bangunlah Aira....sudah 2 minggu lebih kau tertidur. Smpai kpan kau terbuai dalam mimpi kelammu Aira...? Aku merindukan syair hujanmu. Aku merindukan mata indahmu mengagumi hujan. Dan aku merindukanmu melukis hujan diawan.

''Aira....bangunlah... Smpai kpan kau tertidur...?''. Bisikku sambil meneteskan air mata.
''tak ingatkah kau akan hujan yang kau deskripsikan dgn bgtu indahnya. Saat syair2 indah itu terucap dari bibirmu... Dan senyum itu.....aaahhh... Aira, kumohon bangunlah.
Ya Allah....tlg sadarkan Aira....''. Kugenggam erat jari2 lentik Aira. Kubiarkan air mataku terus mengalir ditelaga kesedihan ini...
Tak perduli, apakah Aira akan mendengar tangisku atau tidak...

****

Innalillahi wa inna ilaihi roji'un......
Sesungguhnya milik Allah akan kembali pada Allah...

Aira....shbatku, kini aku harus merelakanmu pergi kembali menghadapNya. Dihari yg sama saat kau menjelaskan arti hujan terakhir... Dan hari ini, ketika kau pergi hujan masih menemanimu seolah tak ingin berpisah denganmu. Hujan msh mendampingimu dgn setia...

Dan kini aku mengerti kenapa kau begitu mencintai hujan. Mengapa saat itu kau mengatakan kau akan mencintai hujan smpai batas yg tak pernah kau tau. Dan pda akhirnya kau akan bertemu dengan pemilik hujan yg sesungguhnya...
Semua itu karna kau mencintai Allah... Dan kau begitu meyakini hujan adalah rahmatNya. Hujan itu membawa berkah bagi setiap makhlukNya... Termasuk aku dan kau..

Pemakaman pun mulai sepi. Semua yg hadir satu prsatu beranjak meninggalkan pusara Aira. Hingga hanya aku yg tertinggal....
Hanya aku sndiri bersama rinai2 hujan..

Disamping pusara Aira. Akupun mendongak kelangit kelabu...
Subhanallah.....sungguh indah asal rinai hujan itu. Bening sperti kristal dan terasa begtu sejuk...
Pantas Aira jatuh cinta padamu. Dan kuakui.....hari ini, pusara Aira menjadi saksi. Bahwa aku juga tlah jatuh cinta pada hujan....
Allahu akbar...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar